Upaya orang kafir Quraisy mendelegitimasi Al-Quran sangat luar biasa dan tidak henti-henti. Salah satunya dengan menuduh Al-Quran tak lebih adalah dongengan belaka. Mereka mengatakan bahwa Al-Quran adalah asâtîr al-awwalîn, dongeng orang dahulu.
إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ ءَايَٰتُنَا قَالَ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ
“Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “(Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala.” (QS: al-Qalam: 15).
وَقَالُوٓا۟ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ ٱكْتَتَبَهَا فَهِىَ تُمْلَىٰ عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
قُلْ اَنْزَلَهُ الَّذِيْ يَعْلَمُ السِّرَّ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اِنَّهٗ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
“Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang. Katakanlah: Al-Quran itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: Al-Furqan: 5-6).
Di antara orang kafir itu adalah Nadhar bin Harits. Ia gencar menuduh Al-Quran hanya dinilai sebuah dongengan semata. Ia berkata, “Demi Allah, ceramah Muhammad ﷺ tidaklah lebih baik daripada ceramahku. “Ucapan Muhammad hanyalah dongeng-dongeng orang-orang dulu. Aku mampu menuliskan dongeng-dongeng sebagaimana ia menuliskan dongeng-dongeng tersebut.”
Kemudian ia bercerita kepada manusia tentang Rustum As-Sindid, tentang Isfandiyar dan raja-raja Persia serta cerita-cerita lain yang ia kumpulkan dari timur dan barat. Allah mengecam sikap Nadhar bin Harits dan mengabadikan dalam ayat Al-Quran.
وَيْلٌ لِّكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ
يَسْمَعُ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ تُتْلَىٰ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan adzab yang pedih.” (QS: Al-Jatsiyah: 7-8).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh). Kata asâthîr merupakan bentuk jamak dari kata usthûrah (dongeng, kisah) begitu kata Al-Qurthubi.
Menurut Dr Ahmad Mukhtar dalam Mu’jam al-Lughah al-‘Arabiyyah al-Mu’âshirah, kata usthûrah berarti dongeng yang didominasi oleh khayalan, melebihi kekuatan normal berupa dewa-dewa atau makhluk-makhluk halus yang biasa digunakan dalam cerita rakyat dari berbagai bangsa.
Dari definisi di atas minimal ada dua racun mematikan yang hendak disuntikkan dengan menyerang Al-Quran sebagai kitab dongeng.
Pertama, mengesankan dan menegaskan bahwa Al-Quran tak lebih kumpulan cerita yang tak bermakna, hanya sekelas cerita hiburan. Al-Quran dinilai hanya sebuah fiksi yang tidak benar-benar terjadi maka hanya layak menjadi pengantar tidur semata.
Maka, karena hanya fiksi, Al-Quran tidak layak menjadi perhatian alih-alih menjadi kitab petunjuk. Ini jelas sebuah pelecehan luar biasa.
Kedua, mengesankan dan menegaskan bahwa orang yang membawa Al-Quran adalah tukang mengarang cerita. Tukang mengarang cerita itu mirip atau sama dengan para pembual. Dan para pembual adalah pendusta. Dan untuk apa memberi perhatian kepada para pembual dan pendusta?
Begitu kira-kira alur racun yang dibawa oleh An Nadhar bin Harits.
Maka tuduhan bahwa Al-Quran hanya sebuah dongengan, tentu menjadi sebuah serangan yang mematikan, menghujam dan menohok tajam. Serangan itu diharapkan akan merobohkan pohon rindang Al-Quran atau minimal akan meredupkan pesonanya.
Namun apakah berhasil?
Ternyata jauh panggang dari api. Al-Quran semakin hari justru semakin memukau, mempesona hati-hati manusia. Begitu banyak orang yang masuk Islam karena mendengar dan mempelajari Al-Quran.
Umar bin Khattab masuk Islam juga karena membaca lembaran Al-Quran yaitu tatkala ia membaca surat Thaha. “Ini mustahil kalau bikinan manusia,” kata Umar.
Al Walid bin Mughirah – seorang pembesar Quraisy yang memusuhi risalah – juga mengakui ketinggian Al-Quran. Dia berkata, “Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah kalian orang yang lebih memahami syair Arab daripada aku. Tidak juga pengetahuan tentang rajaz dan qashidah-nya yang mengungguli diriku. Tapi apa yang diucapkan Muhammad itu tidak serupa dengan ini semua. Juga bukan sihir jin. Demi Allah! Apa yang ia ucapkan (Al-Quran) itu manis. Memiliki thalawatan (kenikmatan, baik, dan ucapan yang diterima jiwa). Bagian atasnya berbuah, sedang bagian bawahnya begitu subur. Perkataannya begitu tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya, serta menghantam apa yang ada di bawahnya.”
Jadi jelas Al-Quran bukanlah kitab dongeng. Ia adalah kitab petunjuk bagi manusia yang begitu memukau dan penuh dengan mukjizat yang menakjubkan. Maka siapapun yang mengabaikannya, menganggap sebagai dongeng pengantar tidur pasti akan merugi.
Oleh karenanya gali dan peras hikmah dibalik kisah yang termaktub di dalam Al-Quran. Renungi..resapi..
إِنَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS: al-Isrâ` [17]: 9). Wallahu’alam bish showab.*/Choirul Amri (Hidcom)